MENGENAL SEJARAH SERTA OBYEK WISATA GEDONG SONGO SEMARANG JATENG

Menurut SUMBERyang di peroleh

Sejarah Candi Gedong Songo merupakan beberapa candi yang berkelompok hingga membentuk sebuah komplek percandian yang merupakan salah satu peninggalan agama Hindu. Lokasi candi ini di desa Candi, kecamatan Bandungan, Jawa Tengah. Secara geografis, letak candi ini berada di koordinat -7.210290, +110.342010, yang berada di ketinggian 1200 m di atas permukaan laut. Lokasi tepatnya di kaki Gunung Ungaran sehingga kesejukkan dapat dirasakan di area ini. Suhunya pun sekitar 19° – 27° Celcius. Letaknya 15 km dari kota Ambarawa dan 45 km dari kota Semarang.

Candi Gedong Songo belum diketahui kapan dibangunnya candi ini hingga sekarang, bahkan para arkeolog pun belum bisa memecahkan problem ini. Sehingga candi ini sampai sekarang masih sering dijadikan sebagai bahan penelitian di bidang arkeologi. Namun, ada beberapa yang berpendapat bahwa candi ini dibangun di masa pemerintahan dinasti Sanjaya Hindu di Jawa yaitu sekitar abad ke-8. Hal ini pun ditinjau dari segi bangunannya dan coraknya.

Bentuk dan relief itu telah dijadikan bukti bahwa candi ini dibangun di masa pemerintahan dinasti Sanjaya. Hal inilah yang menguatkan mereka berpendapat bahwa candi ini di bangun pada abad ke-8. Namun, belum ada yang memastikan bahkan tahun pembangunan candi ini pun belum dikonvensionalkan oleh beberapa ahli

Mengenal Karakteristik GEDONG I

Candi Gedong I ini merupakan salah satu candi yang terbentuk utuh di antara candi-candi lainnya di komplek candi Gedong Songo. Karakteristik pada candi ini adalah sebagai berikut:
  • Berbentuk persegi panjang
  • Ukuran tidak terlalu besar
  • Tinggi sekitar 4 sampai 5 meter
  • Berdiri di atas sebuah batur
  • Kaki candinya setinggi 1 meter
  • Kaki candi terdapat hiasan berupa pahatan relief sulur dan pahatan bunga atau Padma di sekelilingnya.
  • Berdiri menghadap ke arah Timur
  • Terdapat tangga kecil di pintu masuknya
  • Di bagian dalam terdapat ruangan sempit,
  • Di bagian luar hanya terlihat polos tanpa hiasan relief, hanya pahatan bunga sederhana seperti bingkai kosong di tengahnya.


Mengenal Karakteristik GEDONG II

Sama halnya dengan Candi Gedong I, bahwa Candi Gedong II berupa sebuah bangunan candi yang utuh. Karakteristik dari Candi Gedong II ini di antaranya:
  • Candi ini berdiri kokoh di atas batur bujur sangkar dengan luas 2,2m dan tinggi 1 meter. Di atas batur terdapat selasar selebar setengah meter yang mengeliling candi.
  • Terdapat tangga di depan pintu masuk Candi Gedong II. Di bagian atas pintu, terdapat hiasan pahatan Kalamakara yang menjorok keluar sepanjang 1 meter Candi menghadap ke arah Timur.
  • Di bagian luarnya terdapat relung atau ceruk kecil yang terdapat sebuah arca. Relung tersebut dihiasi dengan 2 kepala naga. Juga terdapat pahatan pola kertas tempel di masing-masing relung.
  • Bagian atap terlihat reruntuhan bangunan.
  • Di depannya juga terdapat bangunan candi kecil yaitu Candi Perwara yang fungsinya sebagai penjaga Candi Gedong II.


Mengenal Karakteristik GEDONG III

Berbeda halnya dengan Candi Gedong I dan II, bahwa Candi Gedong III ini terdapat 3 buah bangunan candi besar. Berikut ini karakteristiknya:
  • 2 candi berada sederet menghadap Timur dan terlihat serupa, namun satu di antara kedua candi itu tampak lebih besar dan itu adalah candi utamanya dan candi di sampingnya berfungsi sebagai Candi Perwara. Kedua candi tersebut bentuknya seupa dengan Candi Gedong II. Sedangkan 1 candi yang lebih kecil menghadap Barat.
  • Kedua candi utama memang serupa dengan Candi Gedong II, perbedaannya adalah adanya relung di pintu masuk yang terdapat arca Siwa yang berdiri dengan gada panjang di tangan kanannya.
  • Pada dinding candi utama terdapat beberapa relung yang terdapat Ganesha dan Durga bertangan 8.
  • Candi kecil di depan kedua candi utama fungsinya sebagai tempat penyimpanan yang bentuknya mirip dengan Candi Semar di Candi Dieng yang bentuknya persegi panjang dengan atapnya yang berbentuk limas.


Mengenal Karakteristik GEDONG IV

Candi ini merupakan sebuah candi besar yang dikelilingi oleh beberapa reruntuhan candi kecil yang merupakan candi Perwara. Karakteristik pada Candi Gedong IV adalah sebagai berikut:
  • Candi ini serupa dengan Candi Gedong II dengan batus setinggi 1 meter dan selasar yang mengelilingi seluas setengah meter.
  • Candi ini menghadap ke arah Timur.
  • Terdapat tangga di pintu masuknya dan di pintu tersebut terdapat bilik penampil tanpa arca yang menjorok sepanjang 1 meter.
  • Di bagian luarnya juga terdapat bilik penampil dengan relung yang berisi arca namun sudah rusak.
  • Candi Gedong V


Candi Gedong V ini serupa dengan Candi Gedong IV yaitu merupakan bangunan utama yang besar dan beberapa reruntuhan candi Perwira yang mengelilingi candi utama. Karakteristik dari Candi Gedong V adalah bahwa bangunan utama pada Candi Gedong V ini juga menyerupai Candi Gedong II, namun perbedaannya adalah terdapat Arca Ganesha yang duduk bersila pada beberapa relung di sisi luar candi utama. Untuk candi lainnya seperti candi Gedong VI hingga Cando Gedong IX hamper serupa dengan Candi Gedong V dari segi karakteristik dan bentuk bangunannya.



Fungsi Candi Gedong Songo

Candi Gedong Songo yang terletak di area perbukitan ini berfungsi sebagai tempat pemujaan para pemeluk agama Hindu. Konon, telah dipercaya oleh umat Hindu bahwa gunung merupakan tempat para dewa alias khayangan atau surganya para dewa. Sehingga dapat dikatakan bahwa candi ini dapat dijadikan sebagai tempat pemujaan bagi para pemeluk agam Hindu.

Selain karena letaknya berada di area perbukitan, candi ini memiliki bentuk yang mirip dengan komplek Candi Dieng. Sehingga bukti inilah yang membuat umat Hindu menjadikan Candi Gedong Songo sebagai tempat pemujaan mereka. Bahkan hingga sekarang Anda akan masih menemukan umat agama Hindu yang sering datang ke Candi Gedong Songo. Apalagi di hari raya umat Hindu seperti hari Raya Nyepi dan lain sebagainya.

Awal Publikasi Candi Gedong Songo

Sejarah Candi Gedong Songo mulai dimasukkan ke dalam serajah Nusantara ini sejak tahun 1740 yang telah dikemukakan oleh Sir Thomas Stamford Raffles. Waktu itu, Raffles menemukan 7 buah bangunan berupa candi. Sehingga, dulu candi ini masih memiliki nama sebagai ‘Candi Gedong Pitu’. Kata ‘Gedong’ ini merupakan bahasa Jawa dari ‘Bangunan’ atau ‘Candi’ dan kata ‘Pitu’ berasal dari bahasa Jawa dari ‘Tujuh’.

Beberapa tahun kemudian, tepatnya di tahun 1908, Van Stein Callenfels yang merupakan seorang arkeolog asal Belanda ini menemukan 2 candi lain di area Candi gedong Songo. Sehingga total candi di area tersebut berjumlah 9. Mulailah candi ini dinamakan sebagai ‘Candi Gedong Songo. Diambil dari kata ‘Songo’ yang berasal dari bahasa Jawa ‘Sembilan’.

Di tahun 1928, Candi Gedong I dan Gedong II telah dilakukan pemugaran yang memakan waktu setahun. Hingga pemerintahan Indonesia pun melakukan pemugaran secara keseluruhan pada candi tersebut pada tahun 1972 dan memakan waktu hingga 10 tahun.

Mitos dan Legenda Candi Gedong Songo

Menurut cerita rakyat setempat Gunung Ungaran tempat Candi Gedong Songo ini berdiri dahulu kala digunakan oleh Hanoman untuk menimbun Dasamuka dalam perang besar memperebutkan Dewi Sinta.

Seperti diketahui dalam cerita pawayangan Ramayana yang tersohor itu Dasamuka telah menculik Dewi Sinta dari sisi Rama, suaminya. Untuk merebut Sinta kembali pecahlah perang besar antara Dasamuka dengan bala tentara raksasanya melawan Rama yang dibantu pasukan kera pimpinan Hanoman. Syahdan dalam perang tersebut Dasamuka yang sakti tak bisa mati kendati dirajam berbagai senjata oleh Rama. Baca juga Mitos LAWANG SEWU menurut warga sekitar .

Melihat itu Hanoman yang anak dewa itu kemudian mengangkat sebuah gunung untuk menimbun tubuh Dasamuka. Jadilah Dasamuka tertimbun hidup-hidup oleh gunung yang kemudian hari disebut sebagai gunung Ungaran. Dasamuka yang tertimbun hidu-hidup di dasar gunung Ungaran setiap hari mengeluarkan rintihan berupa suara menggelegak yang sebenarnya berasal dari sumber air panas yang terdapat disitu. Sumber air panas yang mengandung belerang itu sendiri akhirnya menjadi tempat mandi untuk menghilangkan beberapa penyakit kulit. Pada masa hidupnya konon Dasamuka gemar minum minuman keras hingga siapapun yang datang ke Gunung Ungaran dengan membawa minuman keras akan membangkitkan nafsu Dasamuka.

Mencium aroma miras erangan Dasamuka makin menjadi-jadi, ditandai sumber air panas makin menggelegak. Kalau sampai tubuh Dasamuka bergerak-gerak bahkan bisa menimbulkan gempa kecil. Demikian menurut cerita masyarakat setempat.

Masyarakat yakin jika candi songo ini ditunggu oleh makhluk gaib yang berjuluk Mbah Murdo. “Berdasarkan cerita eyang buyut Candi Gedong Songo dibangun oleh Ratu Sima untuk persembahan kepada Dewa,” ujarnya seperti dikutip Misteri. Konon, tiap kali menghadapi masalah yang pelik Ratu Sima bersemedi di candi ini agar mendapatkan jalan keluar yang terbaik. Agaknya, candi inipun mempunyai kekuatan yang sakti. Buktinya, kebesaran Ratu Sima diakui oleh lawan-lawannya. Bahkan beberapa kerajaan takluk dan tunduk di bawah kekuasan Ratu Sima. Namun, Siswoyo menegaskan, cerita tersebut hanyalah turun-temurun dari nenek moyangnya.

Sampai saat ini banyak pengunjung yang melakukan ritual khusus di candi tersebut. Mereka memohon berbagai pertolongan agar tujuannya dapat dikabulkan. Kabarnya, candi yang paling banyak dipakai untuk bersemedi adalah candi yang terletak di deretan paling atas. Sebelum memasuki wilayah Candi Gedong Songo, sebaiknya pengunjung harus meminta ijin terlebih dulu kepada Mbah Murdo, yang dipercaya sebagai penghuni gaib kawasan ini. Sampaikan salam kepadanya, agar perjalanan atau ritual Anda tak terganggu. Di kawasan cagar budaya Candi Gedongsongo yang bersuhu rata-rata 19 sampai 27 derajad celcius ini ternyata memiliki bio energi terbaik di Asia. Bioenergi di kawasan ini bahkan lebih baik dari yang berada di pegunungan Tibet atau pegunungan lain di Asia.

Setelah kita menghirup bioenergi ini dapat memberikan kesegaran di pikiran sehingga memunculkan ide-ide segar. Hal ini akan sangat membantu memberikan kemajuan dan meningkatkan kualitas hidup. Banyak mata air dengan kepulan asap yang berbau menyengat. Konon, air ini penuh tuah. Terutama untuk menyembuhkan penyakit kulit yang diderita seseorang. Mata air keramat itu dijaga oleh Nyai Gayatri, perempuan asal Pulau Dewata. Konon, semasa hidupnya Nyai Gayatri adalah dayang Ratu Sima, yang dipercaya sebagai raja pertama di Tanah Jawa. Ketika meninggal dunia, ia memilih menjaga mata air yang mengandung belerang itu. Kabarnya, Nyai Gayatri tergolong makhluk yang baik hati. Ia suka memberi pertolongan kepada sesama, terutama menyembuhkan berbagai jenis penyakit kulit. Tapi, jangan coba-coba menyepelekan dia karena akibatnya bisa fatal.

Pernah suatu ketika ada seorang pengunjung yang kencing di mata air tersebut. Tiba-tiba ia menjerit seperti ada yang mencekik dirinya. Setelah dibawa ke paranormal, rupanya, Nyai Gayatri, penunggu mata air itu tersinggung dengan ulah pengunjung tersebut. Setelah mohon maaf, penyakit itupun dapat disembuhkan lagi. Para sejarawan sampai saat ini belum dapat memastikan kapan candi itu dibangun dan siapa pendiri komplek candi Gedongsongo. Namun melihat bentuk arsitektur candi, terutama bentuk bingkai kaki candi, dapat disimpulkan bangunan candi ini sejaman dengan komplek candi Dieng. Kemungkinan candi ini dibangun sekitar abad VIII M, pada masa pemerintahan Dinasti Sanjaya. Hanya saja siapa nama raja pendirinya belum dapat diketahui. Candi Gedongsongo berlatar belakang agama hindu, hal ini dapat dilihat dari arca-arca yang menempati relung-relung candi.

Misalnya arca Ciwa Mahadewa, Ciwa Mahaguru, Ganeca, Dhurga Nahisasuramardhini, Nandiswara dan Mahakala. Menurut Pakar tentang Candi Evi Saraswati menyebutkan bangunan candi di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua tipe. Yaitu candi Hindu dan Candi Budha. Ciri umum dari kedua tipe tersebut terletak pada bentuk bangunan. Candi Hindu cenderung ramping, lancip dan tinggi. Sedangkan Candi Budha berbentuk bulat dan besar seperti candi Borobudur.

Dilihat dari fungsinya candi juga dibedakan menjadi dua fungsi, yaitu candi sebagai tempat pemujaan atau ibadah dan candi yang dipakai sebagai tempat pemakaman. Sedangkan candi yang berada di komplek Gedongsongo ini diperkirakan merupakan candi untuk pemakaman. Karena pada saat ditemukan di sekitar candi banyak terdapat abu. Sangat mungkin abu ini merupakan bekas pembakaran orang yang meninggal. Sesuai ajaran Hindu orang yang meninggal biasanya dibakar.




WISATA GEDONG SONGO DENGAN BERKUDA

Di Candi Gedong Songo terdapat banyak kuda tunggang yang disewakan, kita tinggal memilih paket yang disewakan, apakah paket sampai Candi 1, apakah paket sampai Candi 2, paket sampai candi 3, atau malah mau paket terjauh sampai candi tertinggi yakni Candi 5. Tarifnya pun bermacam-macam, tergantung paket yang kita inginkan. Untuk tarif terendah yakni tarif perjalanan bolak balik ke Candi 1 sebesar Rp.30.000 perkuda dengan berat standar, adapun tariff terjauh yakni perjalanan bolak balik sampai di Candi 5 sebesar Rp. 90.000 per kuda dengan berat standar. Adapun untuk kamu-kamu yang memiliki badan agak bongsor, biasanya nambah 30 ribu menjadi 120 ribu per kuda. Di setiap Candi, kita bisa turun dari kuda untuk beristirahat atau sekedar berfoto-foto.

Menikmati wisata berkuda di Candi Gedong Songo, kita tidak hanya disuguhi wisata melihat Candi. Tapi kita juga disuguhi pemandangan alam yang luar biasa indah sepanjang jalur kuda yang dilewati dari titik start hingga candi 5. Biasanya pemandu kuda akan membawa kita langsung ke titik terjauh dan tertinggi yakni di Candi 5 tanpa melewati rute candi-candi yang lain. Setelah sampai di candi 5 dan kita ingin turun, barulah kita akan diarahkan melalui rute Candi-Candi yang lain di bawahnya.

Menyusuri jalur dari titik start awal ke Candi 5, kita akan seperti seorang pendekar pada film-film laga Cina yang sedang berpetualang. Sepanjang jalur ini akan kita dapati pemandangan alam yang luar biasa indah. Dengan jalur lintasan yang naik turun dengan kemiringan yang lumayan tajam, akan kita dapati pohon –pohon yang tinggi menjulang, terkadang melewati jalan dengan tepi jurang, terkadang melewati jalan kecil di dalam hutan, terkadang terdengar suara burung sahut-sahutan, terkadang berganti dengan keheningan alam, terkadang melihat serombongan burung bercengkrama kejar-kejaran. Tidak akan kita dapati satupun rumah sepanjang jalur itu, hanya keindahan alam berupa hutan-hutan lebat diantara perbukitan.

Sesampainya di Candi 5, kita juga akan dapati pemandangan alam yang tidak kalah menakjubkan. Berada di daerah tertinggi, dimana kita bisa melihat daerah-daerah di bawah kita, yang teramat sulit untuk dituliskan dengan kata-kata. Jangan lewatkan untuk berfoto-foto dengan latar belakang Candi 5 ini, hasilnya pasti keren dan bikin iri banyak orang.

Dari Candi 5, kita bisa kembali menaiki kuda, menuju ke Candi-Candi di bawahnya. Jangan lupa untuk berhenti di tempat pemandian air panas ya. Dari Candi 5, kita akan bisa melihat asap mengepul di kejauhan, awalnya kami mengira asap pembakaran sampah atau kebakaran, namun begitu kami mendekat, ternyata merupakan asap belerang yang keluar dari dalam bumi. Dari sinilah keluar mata air panas yang dipakai oleh para pengunjung untuk berendam. Percampuran antara belerang dengan tanah serta batuan melahirkan warna-warna kuning kecoklatan di sekitar batuan dari tempat keluar asap tersebut.

Selanjutnya, kita bisa terus turun ke Candi lain, hingga ke Candi 1. Di sekitaran Candi 1, terdapat banyak wisata kekinian, salah satunya yang lagi booming dan banyak betul pengunjungnya adalah Ayana, sebuah paket wisata kekinian untuk berfoto-foto ria, yang memiliki banyak wahana unik yang khusus disediakan hanya untuk berselfie.

Jangan takut untuk mencoba wisata berkuda ini, karena sepanjang perjalanan, para pemilik kuda tersebut ada di samping kita, berjalan kaki menuntun kudanya, sementara kita duduk di atas kuda tersebut. Justru ini kesempatan terbaik bagi para pemula yang belum pernah naik kuda, karena jarak lintasan yang lumayan jauh akan membuat kita menjadi belajar cara berkuda yang baik dalam waktu yang cukup lama, anggap seperti kursus berkuda. Perjalanan yang lumayan ini dijamin membuat kita puas luar biasa, dan tidak capek sama sekali.



LOKASI GEDONG SONGO

Untuk lokasi Candi Gedong Songo ini berada di Krajan, Candi, Bandungan, Semarang, Jawa Tengah. Jika anda dari pusat kota Semarang lokasi candi ini berjarak 22,6 Km melalui Jl. Duwet dan Jl. Raya Ngempon. Agar tidak ribet anda bisa membuka Google maps karena menyediakan beberapa jalur yang bisa di lalui.

HARGA TIKET MASUK GEDONG SONGO

Untuk harga tiket masuk ke Candi Gedong Songo ini cukup murah bagi wisatawan lokal yaitu Rp. 8000,- perorang. Adapun Tarif berbeda untuk wisatawan mancanegara yaitu Rp 75.000 perorang.



Adapun biaya tambahan untuk menikmati beberapa fasilitas, diantaranya
  1. Naik kuda : Rp. 25.000,- perorang & Rp. 35.000,- perorang untuk wisatawan mancanegara.
  2. Paket Air Panas : Rp. 60.000,- perorang & Rp. 70.000,- perorang untuk wisatawan mancanegara.
  3. Adapun paket lainnya, dengan kisaran biaya Rp. 70.000 untuk lokal dan Rp. 35.000 – Rp. 90.000,- untuk wisatawan mancanegara.

Comments