Permainan Cublak-Cublak Suweng Tradisional Jawa Tengah



Cublak-Cublak Suweng, Tebak Orangnya atau Kelilingi Lapangannya

Kalau orang Amerika punya truth or dare, orang Jawa punya cublak-cublak suweng. Sama-sama sebuah permainan yang mengharuskan pesertanya melakukan hal lain jika tak mampu melakukan satu hal yang diharuskan, namun cublak-cublak suweng melibatkan lebih banyak pemain sehingga tak heran bila permainannya lebih seru. Ejekan ringan dan derai tawa pun mengalir, membuat suasana menjadi ramai.

Bagaimana cara mainnya? nah disini akan menguraikannya untuk anda yang sudah lupa atau ingin belajar memainkannya. Pertama, kumpulkan dulu rekan-rekan anda sebanyak-banyaknya. Agar permainan lebih seru, minimal perlu ada lima orang. Kemudian, siapkan benda tertentu, biasanya berupa kerikil, sebagai benda yang nanti akan disembunyikan oleh anda atau salah satu rekan anda yang ikut bermain.

Nah, sesudahnya, hom pim pa dan ping sut dahulu untuk menentukan siapa yang akan menjadi orang yang harus menebak pemegang kerikil. Orang yang harus menebak adalah orang yang kalah dalam ping sut dan ia harus duduk menungging dengan kepala mencium lantai dan mata ditutup. Sementara, peserta lain menengadahkan telapak tangan di punggung orang yang harus menebak. Satu peserta kemudian bertugas memegang kerikil atau benda lain yang akan disembunyikan.

Permainan kemudian dimulai dengan menyentuhkan kerikil ke setiap telapak tangan peserta lain. Sepanjang permainan, peserta mendendangkan lagu cublak-cublak suweng. Syairnya, “cublak-cublak suweng, suwenge teng-gelenter, mambu ketundung gudel, pa empo lera lere, sopo ngguyu ndeliake”. Setelah sampai pada kata ndelikake, kerikil harus digenggam oleh peserta yang tangannya terakhir kali disentuh.

Setelah kerikil digenggam, orang yang harus menebak bangun dan duduk bersimpuh. Sementara peserta lain menyanyikan lagu, “sir, sir pong ndelik gopong” sebanyak mungkin hingga orang yang harus menebak menentukan siapa yang menyembunyikan kerikil. Sambil menyanyi, telunjuk tangan digoyangkan dan diarahkan ke orang yang harus menebak. Dia hanya diberikan kesempatan satu kali. Bila tak berhasil, dia akan menjadi orang yang harus menebak pada permainan berikutnya.

Kalau anda menjadi orang yang harus menebak, anda mesti hati-hati agar tidak gagal menebak untuk yang kedua kalinya. Kalau sampai gagal, bisa-bisa anda diminta mengelilingi lapangan atau bangsal tempat bermain dengan lari jongkok. Atau, kadang diminta memenuhi permintaan yang aneh-aneh dari peserta lain. Tak enak bukan? Maka, anda mesti mempunyai trik agar dapat menebak dengan benar.

Cara-cara fair bisa diandalkan untuk modal menebak bila anda peka. Misalnya, dengan membaca bahasa tubuh peserta yang ikut bermain. Wajah peserta yang menyembunyikan kerikil mungkin akan terlihat berbeda. Bisa pula dengan melihat tangan setiap peserta, siapa tahu akan tertebak penyembunyi kerikilnya. Selain itu, anda juga bisa menghapalkan letak duduk peserta sebelum menutup mata dan kemudian merasakan perputaran kerikil yang disentuhkan pada setiap telapak tangan peserta.

Jika mau agak curang, ada juga tipsnya. Anda bisa sedikit memiringkan kepala ke arah kiri atau kanan. Kemudian, bukalah sedikit mata anda sehingga tampak seperti mata ayam yang sedang tidur, pasti dapat melihat peserta yang menyembunyikan kerikilnya. Tapi jangan sampai ketahuan oleh peserta lain. Kalau ketahuan, bisa-bisa anda mendapat tambahan hukuman yang semakin menyusahkan.

Ah, menang atau kalah dan cara apapun yang digunakan untuk menang dalam permainan ini sebenarnya tak begitu penting. Yang penting kegembiraan di waktu senggang selagi pulang berwisata dari beberapa objek di Yogyakarta. Bukankah kegembiraan seperti ketika bermain cublak-cublak suweng sudah jarang didapatkan saat ini?

Sumber:https://cuilicious.wordpress.com/2010/05/30/cublak-cublak-suweng/


Comments