Permainan Tekongan Tradisional Jawa Tengah



Tekongan adalah permainan sangat sederhana namun menarik dan tentu saja tidak membutuhkan dana. Hanya berbekal beberapa plastik bekas yang dibentuk bola atau beberapa tongkat kayu, permainan ini sudah bisa dimainkan. Selain itu permainan ini lebih asik dimainkan di tempat yang agak lapang misalnya halaman rumah yang cukup luas, bahkan jalanan kampung pun bisa. Laki-laki maupun perempuan bisa bergabung di permainan ini. Minimal membutuhkan 3 orang untuk bermain tekongan, semakin banyak pesertanya semakin seru permainannya.

Tekongan dimainkan dengan memakai pecahan genting, ranting atau dahan kayu yang dipotong kurang lebih 25-30 cm sebanyak 4-5 batang. Itupun bisa disesuaikan, tidak harus sama panjang dan sejumlah itu. Ranting kayu itu akan disatukan salah satu ujung dengan ujung yang lainnya sehingga membentuk piramida. Apabila memakai pecahan genting, membutuhkan sekitar 10-15 pecahan yang nantinya disusun. Selanjutnya, semua peserta akan melemparkan tongkat kayu atau bola dari kumpulan plastik milik mereka masing-masing dari jarak yang sudah ditentukan, jarak yang sama bagi semua peserta dengan diundi siapa yang pertama melempar sampai peserta giliran paling akhir. Tongkat atau bola plastik mereka dilempar mendekati ranting atau pecahan genting yang sudah disusun. Tapi awas, selama belum sampai pada lemparan peserta paling akhir jangan sampai tongkat kayu atau bola plastik yang dilempar merobohkan susunan ranting atau genting itu.



Bila sampai merobohkannya maka semua peserta yang belum dan sudah melempar harus lari untuk sembunyi dan si peroboh tadi harus menyusun susunan yang roboh seperti sedia kala dan mencari peserta lain yang sembunyi. Dia harus mencari mereka semua. Apabila tertangkap dia harus segera lari ke susunan tersebut dengan melangkahinya sambil menyebutkan nama peserta yang tertangkap dan berkata “tekong”. Misalnya yang tertangkap bernama Nana maka sang pencari akan segera berlari ke arah susunan tersebut melangkahinya dan berkata “Nana tekong”. Dia harus cepat berlari dan melangkahinya sebelum peserta yang tertangkap itu merobohkannya dan sang pencari menyebutkan “kata saktinya”. Sang pencari itu juga harus tetap menjaga susunan itu agar tidak roboh karena ketidak sengajaan atau memang dirobohkan peserta lain yang belum tertangkap sehingga peserta yang sudah tertangkap akan lari dan bersembunyi kembali.

Sumber:https://budaya-indonesia.org/Tekongan


Comments