Permainan Geunteut (Engrang) Tradisional Aceh



Meu Geunteut-geunteut suatu permainan yang terdapat di Kabupaten Aceh Utara. Geunteut-geunteut terdiri atas dua kata, yaitu geunteut dan geunteut yang disatukan menjadi satu perkataan.

Kata geunteut apabila disebut hanya satu kali mempunyai arti yang berbeda dengan geunteut yang diulang atau geunteut-geunteut.

Geunteut berarti suatu imajinasi masyarakat terhadap suatu makhluk halus atau jin yang datangnya dari atas. Sedangkan geunteut-geunteut adalah suatu permainan yang dilakukan anak-anak, kadang-kadang juga pemuda, dengan menggunakan alat yang terbuat dari ujung bambu dan mempunyai tempat berdiri yang dalam bahasa Aceh disebut tungkeh.

Waktu pelaksanaan Pelaksanaan permainan ini sama dengan jenis-jenis permainan anak-anak yang lain, yaitu pada waktu senggang atau sedang mengerjakan pekerjaan lain, seperti menggembala.

Bagi masyarakat desa yang mata pencahariannya bertani, tentu saja waktu senggang adalah sehabis panen. Pada waktu padi sedang menguning di sawah, anak-anak sibuk dengan pekerjaan menggembala sapi atau kerbau. Sejalan dengan ini mereka sering menggunakan untuk bermain.

Apabila mereka melakukannya secara sambilan sifatnya rekreatif dan latihan belaka. Sedangkan kompetisi biasanya dilakukan pada waktu setelah panen. Pada masa ini merupakan waktu yang terbaik untuk melakukan kegiatan olahraga termasuk geunteut-geunteut, karena cuaca cukup baik.

Latar belakang Melihat latar belakang sosial budaya dari permainan ini, tidak jauh berbeda dengan permainan lainnya yang terdapat dalam masyarakat Aceh pada umumnya. Terutama permainan yang bersifat olahraga, yaitu didukung oleh masyarakat.

Syarat yang diperlukan untuk dapat ikut serta dalam permainan ini adalah keahlian, umur yang tidak jauh berbeda antara yang satu dengan yang lain, serta besar badan pun ikut diperhitungkan.

Dasar persyaratan tersebut terlihat jelas lebih umum, dan semua perbedaan peserta tidak berdasarkan kepada asal-usul keturunan, status ekonomi si peserta, tetapi bedasarkan pertimbangan yang logis dan rasional serta dapat dipertanggungjawabkan.

Permainan geunteut-geunteut ini dilakukan anak-anak karena banyak waktu senggang dan adanya alat permainan yang mudah didapat. Anak-anak berusaha mengisi waktu senggang dengan bermain yang menggembirakan.

Deskripsi Jumlah peserta/pemain: 2 sampai 6 orang
Usia: 8 sampai 14 tahun, 14 sampai 20 tahun
Jenis kelamin: laki-laki
Bentuk permainan: perorangan
Waktu/lamanya permainan tidak terbatas.

Permainan ini tidak begitu diketahui asal usulnya dan kapan mulai digemari masyarakat. Menurut orang yang diwawancarai, permainan ini untuk mengimajinasi geunteut atau jin yang panjang dalam kehidupan sehari-hari.

Permainan ini juga berkembang di Aceh Timur, khususnya di Peureulak. Hal ini apakah karena Pasai dan Peureulak pada waktu itu mempunyai hubungan yang baik, tidak diketahui dengan pasti. Hal ini memerlukan penelitian yang serius.

Peralatannya Adapun peralatannya terdiri atas dua ujung bambu yang besarnya memadai dan panjangnya 2-3 m atau lebih menurut kebutuhan si pemakai. Pada kedua ujung bamboo ini disediakan dua atau lebih tungkeh tempat menginjak waktu berjalan. Sedangkan bagian lainnya dibersihkan sehingga enak dipandang dan mudah dipakai.

Pada tungkeh tempat injakan waktu berjalan biasanya diberikan alat menurut selera si pemakai. Biasanya menggunakan sabut atau batok/tempurung yang diraut sedemikian rupa sehingga tidak menyakitkan kaki waktu berjalan. Hal ini mempunyai kaitan untuk memperoleh kejuaraan.

Jalannya permainan Awal dari perlombaan permainan ini tidak dilakukan undian karena yang menentukan adalah kecepatan mencapai finish. Hanya ditetapkan jarak antara start dan finish. Kadang-kadang start dan finish berjarak antara 30 sampai 40 meter pulang pergi dan bergantung kepada konsensus sebelum perlombaan.

Biasanya perlombaan ini dilakukan di tanah lapang, sawah, atau di jalan-jalan raya yang sepi serta arenanya rata.

Apabila perlombaan ini dimulai, peserta 2 sampai 5 orang sekaligus diberangkatkan. Jika pesertanya lebih dari lima orang, maka akan diberangkatkan pada giliran berikutnya.

Pemenang dari perlombaan atau permainan ini adalah yang paling cepat mencapai finish. Yang jatuh dalam perjalanan dan terlambat mencapai finish tidak diperhitungkan.

Bila terdiri atas beberapa kelompok atau beberapa kali pemberangkatan, maka setiap pemenang dari tiap kelompok akan diadu kembali untuk mencari juara di antara pemenang-pemenang yang ada.

Tanggapan masyarakat

Permainan ini pada masa sekarang sudah jarang dilakukan anak-anak. Dengan pelbagai kesibukan orang-orang tua tidak dapat menggalakkan permainan tersebut kepada anak-anaknya. Dikhawatirkan pada suatu saat permainan ini akan punah

Sumber: “Permainan Anak-anak Daerah Istimewa Aceh”, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1985


Comments