Sejarah lubang jepang
Lobang Jepang sendiri berada di Taman Panorama yang berada di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Jaraknya tidak terlalu jauh dari Jam Gadang yang berada di pusat kota. Jika jalan kaki hanya membutuhkan waktu kurang dari 15 menit.
Menurut Jimmy, lubang tersebut di buat atas instruksi Letjen Moritake Tanabe Panglima Divisi ke 25 Angkatan Darat Balatentara Jepang. Lubang perlindungan tersebut, konon mampu menahan letusan bom seberat 500 kg. Konstruksi lubang ini dikerjakan sejak Maret 1944 dan selesai pada awal Juni 1944 dengan total pembuatan selama kurang lebih 3 tahun dengan kedalaman mencapai 49 meter di bawah permukaan tanah.
Untuk membangun lubang ini, Jepang mempekerjakan secara paksa orang-orang yang berasal dari Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Tidak ada orang Bukittinggi yang mengerjakan lubang ini untuk menjaga kerahasiaan. Orang sini malah dikirim ke wilayah lain seperti Bandung dan Pulau Biak
Lobang Jepang di Bukittinggi merupakan salah satu lubang yang terpanjang di Asia mencapai lebih dari 6 kilometer dan beberapa tembus di sekitar kawasan Ngarai Sianok, Jam gadang yang terletak di samping Istana Bung Hatta, dan juga di Benteng Fort De Kock yang masuk di wilayah Kebun Binatang Bukittinggi.
Saat ditemukan pertama kali pada awal tahun 1950, pintu Lobang Jepang hanya 20 cm dengan kedalaman 64 meter. Lalu setelah dikelola dan dibuka secara umum oleh pemerintahan setempat pada tahun 1984, mulut lubang tersebut dibuat lebih nyaman untuk dilalui. Sayangnya dinding telah ditutup semen dan di bagian dalam juga banyak divariasikan untuk memasang panel listrik sehingga kehilangan bentuk aslinya.
Pintu masuk utama melalui Taman Panorama dan untuk turun kita harus melewati ratusan anak tangga ke bawah yang nanti akan tembus di tepi jalan
untuk kebutuhan wisata, lorong Lobang Jepang yang dibuka hanya kurang dari 1,5 kilometer sehingga hanya membutuhkan paling lama 20 menit untuk sampai di ujung jalan. Sedangkan lubang yang mengarah ke Ngarai diberi teralis
Ada 21 lorong kecil yang fungsinya bermacam-macam mulai sebagai ruang amunisi, ruang pertemuan, pintu pelarian, ruang penyergapan serta penjara. Namun yang menyeramkan adalah ruang dapur yang juga difungsikan untuk memotong-motong tahanan yang sudah tewas lalu dibuang melalui lubang air ke bawah
Tahanan yang tewas akan dipotong-potong di meja itu lalu potongannya dibuang di lubang ini. Mengapa dipotong? Agar tidak nyangkut di lubang yang mengarah ke Ngarai Sianok sehingga jasadnya akan sulit ditemukan. Nah kalau bagian atas ini adalah menara pengintai
kontur dinding lubang yang dibuat tidak merata dan berceruk. Fungsi dari cerukan tersebut adalah agar suara dalam lubang tidak bergema, Jadi jika ada tahanan yang disiksa maka suaranya ya hanya sebatas lorong ini saja. Lihat dindingnya. Jika terkena air maka akan semakin kuat
Dibukanya untuk Wisata Umum
Keberadaan Lubang Jepang ini baru ditemukan kali pertama pada tahun 1950, yang baru diketahui kedalamannya 64 meter. Namun kemudian terus dikelola dan pada akhirnya semua bagian lubang ditemukan. Baru pada tahun 1984 setelah ada rekonstruksi sesuai kebutuhan untuk kenyamanan pengunjung dan pemasangan listrik dibuka untuk umum. Rekonstruksi yang dilakukan memang membuat lubang bersejarah kelam ini lebih nyaman dikunjungi. Namun dampaknya desain asli dari lubang tersebut berbeda dengan aslinya.
Jauh sebelum dibuka untuk umum dan bagi wisatawan, masyarakat setempat menemukan banyak barang peninggalan. Sebut saja seperti cangkul, peralatan makan dari batok kelapa, dan sebagainya yang kemudian dimuseumkan. Bagi para wisatawan yang hendak berkunjung ke Lubang Jepang di Bukittinggi ini sebaiknya memakai jasa pemandu wisata. Sehingga lebih tahu dan paham sejarah, tujuan konstruksi bangunan, dan sebagainya secara lebih mendetail. Pemanfaatan jasa pemandu dikenakan biaya Rp 60.000 saja untuk bisa menelusuri lubang bersejarah tersebut.
Sumber:
- Baca Juga wisata Sumatera Barat Lainnya
Comments
Post a Comment