Sejarah museum Adityawarman
Sejarah museum Adityawarman bisa ditelusuri dari alasan pemberian namanya terlebih dulu. Pemberian nama yang sama dengan Raja Adityawarman memiliki alasan tersendiri, yaitu untuk menghormati Raja Pagaruyung yang berkuasa pada abad ke 14 Masehi. Kebesaran Raja ini diketahui dari adanya prasasti di Saruaso, Lima Kaum, Pagaruyung, dan juga melalui arca Bhairwa dan candi Padang Roncok di Sijunjung. Replika arca Bhairwa dan Amoghapasa ini merupakan bagian dari koleksi Museum Adityawarman. Kedua arca itu adalah peninggalan dari Kerajaan Dharmasraya yang pernah berdiri sebelum adanya Kerajaan Pagaruyung / Malayupura.
Arca Amoghapasa merupakan peninggalan kerajaan Singasari pemberian Raja Kertanegara dari Singasari untuk Tribhuwanaraja, penguasa Kerajaan Dharmasraya, merupakan perwujudan Awalokiteswara, boddhisatwa yang melambangkan sifat welas asih, dan diberi keterangan prasasti berukir oleh Kertanegara. Adityawarman menambahkan ukiran tersebut dengan menyatakan bahwa patung itu menjadi perwujudan dirinya.
Menurut Kitab Pararaton, Adityawarman adalah putra Dara Jingga, putri dari Tribhuwanaraja yang asalnya akan dinikahkan dengan Kertanegara dalam sejarah kerajaan Singasari, namun batal ketika Kerajaan Singasari runtuh. Siapa ayah Adityawarman masih simpang siur dengan beberapa versi, antara lain Adwaya Brahman dan Raden Wijaya dari Majapahit. Ketika dewasa, Adityawarman dipercaya oleh Raja Jayanegara di Majapahit untuk bernegosiasi dengan bangsa Mongol. Ia bahkan meletakkan arca Manjusri (bodhisatwa yang melambangkan kebijaksanaan) di Candi Jago, Malang untuk menghormati leluhurnya. Setelah Jayanegara meninggal, Adityawarman menjadi raja di Kerajaan Dharmasraya. Pusat kerajaan dipindahkannya dari Palembang ke Pagaruyung, dan nama kerajaan diganti menjadi Melayupura. Ia berkuasa pada tahun 1347 – 1375 M.
Latar Belakang dan Tujuan Berdirinya Museum
Sejarah museum Adityawarman yang ditelusuri dari proses penamaannya dapat membuat kita memahami mengapa nama tersebut dipilih. Dari sejarah singkat tentang masa kekuasaannya, dapat disimpulkan bahwa Adityawarman adalah seorang pemimpin yang cakap, negosiator unggul dan tidak melupakan leluhurnya. Oleh karena itu sangat wajar jika namanya diabadikan sebagai nama sebuah museum yang menyimpan sejarah masyarakat Sumatera Barat. Bentuk bangunan museum pun merupakan rumah panggung atau Rumah Gadang bernama Rumah Bagonjong dengan atap yang berbentuk seperti tanduk kerbau bertumpuk, dan tujuh puncak gonjong yang ada di atap museum ini.
Nama Adityawarman diberikan secara resmi pada tanggal 28 Mei 1979 walaupun museum ini sudah diresmikan pada 16 Maret 1977 oleh Mendikbud Prof. Dr. Sjarif Thayeb. Pembangunan museum dimulai pada tahun 1974 yang bertujuan untuk menyimpan benda – benda bersejarah atau cagar budaya Minangkabau, Mentawai dan Nusantara. Berdasarkan perlunya keberadaan sebuah wadah untuk memelihara warisan budaya di Sumatera Barat agar tidak hilang atau mengalir ke luar negeri, maka museum ini dibuat.
Pada saat itu Kepala Perwakilan Depdikbud Propinsi Sumbar, Amir Ali menyampaikan keinginan Gubernur Sumbar Harun Zain kepada pemerintah pusat untuk membangun “Balai Kebudayaan Minangkabau”. Direktorat Permuseuman kemudian menanggapi dengan membangun museum regional di ibukota propinsi. Untuk para peminat sejarah, ada pula sejarah museum batik Yogyakarta dan sejarah museum benteng heritage yang menarik.
Sumber:https://sejarahlengkap.com/bangunan/sejarah-museum-adityawarman
Rute atau Lokasi:
Tempat Museum Adityawarman ini berada di Jalan Diponegoro No 10 Kota Padang. Tepatnya di belakang Tangsi, Padang Barat. Secara resmi museum ini dibuka pada tanggal 16 Maret 1977. Memang sudah cukup lama tetapi sampai ini masih dibuka dan ramai pengunjung.
Untuk lebih mudahnya kamu bisa menggunakan titik koordinat untuk dapat sampai ke sini. Hubungkan dengan akses internet maka secara langsung akan mendapat petunjuk jalan atau peta dan denah online. Aktifkan terlebih dahulu GPS yang ada di hp kamu.
Masih dalam lokasi kota maka kamu akan lebih mudah mendapatkan lokasi ini. Bahkan di petunjuk jalan juga banyak sekali memberikan arah untuk sampai ke Museum Adityawarman. Jadi kamu jangan khawatir untuk tidak sampai ke sini.
Jam Buka:
Museum ini dibuka mulai pagi hari jam 8 hingga sore yaitu 6 sore. Setiap hari bahkan hari libur museum ini masih dibuka. Karena biasanya para pelajar saat weekend datang untuk mengunjungi museum ini. Datang saja saat pagi hingga sore maka kamu akan bisa melihat isi museum ini.
Harga Tiket
Sedangkan untuk tiket masuknya juga sangat murah. Untuk tiket dewasa hanya perlu membeli karcis sebesar 2 ribu rupiah dan anak-anak hanya seribu rupiah. Cukup murah bukan. Jadi di sini adalah tempat wisata cocok bagi kamu dan keluarga.
- Baca Juga wisata Sumatera Barat Lainnya
Comments
Post a Comment